Agar Bisnis Sambilan Tidak Merepotkan


Seorang pengusaha mengatakan, kalau karyawan dibiarkan bisnis sambilan, nanti dia tidak loyal kepada perusahaan. Saya katakan,” adakah di antara karyawan anda yang ikut multilevel marketing ?” Ia menjawab kelihatannya ada, soalnya hal tersebut sulit dilarang dan memang belum ada aturannya.

Nah, bisnis sambilan yang benar mestinya tidak perlu meluangkan waktu sebanyak karyawan yang melakukan multilevel marketing. Dan bisnis sambilan yang baik akan lebih ringan dibandingkan bekerja sambilan, kalau tahu cara-caranya. Yang mestinya dilarang adalah bekerja sambilan, karena pada umumnya kalau karyawan bekerja di dua institusi, menuntut adanya loyalitas ganda. Lagi punya kerja sambilan menuntut energi yang lebih besar.

Dalam sebuah talkshow di radio, ada seorang pensiunan yang mengaku menyesal tidak belajar bisnis sejak muda. ”Sekarang saya sudah pensiun, sedangkan anak saya masih kuliah, biayanya tidak mungkin dicukupi hanya dari uang pensiun. Semasa karir saya cemerlang dan uang cukup banyak, saya selalu menghambur-hamburkan untuk hal-hal konsumtif,” urainya.

Saya melihat di lingkungan keluarga maupun tempat tinggal. Ada mantan pegawai Bank yang harus menjual rumah di Jakarta untuk membiayai anaknya. Dia pindah ke pingiran kota dengan rumah yang lebih murah dan dapat hidup dari uang pensiun plus sisa uang hasil jualan rumah. Ada juga yang pensiunan Guru yang kesulitan membiayai anaknya kuliah, harus hutang sana sini, padahal sewaktu masih bekerja, tak ada masalah dengan kondisi ekonominya.

Sebaliknya di pedesaan saya melihat banyak pegawai negeri yang “tetap tenang” menghadapi masa pensiun. Setelah saya amati, bukan lantaran karena biaya hidup di pedesaan lebih murah, melainkan mereka secara tradisi telah terbiasa menyisihkan uangnya untuk bisnis sambilan. Tak sedikit guru sekolah dasar bisa membiayai putranya kuliah karena sejak muda mereka menyisihkan uang untuk membeli sawah dan kebun, ada yang punya kios di pasar, atau punya peliharaan ternak. Mereka tetap berkarir bagus dan juga punya cadangan penghasilan untuk masa pensiun. Mereka telah terbiasa menerapkan prinsip entrepreneur, yakni sebagian penghasilan (gaji) diputar menjadi uang lagi.

Sementara di kota metropolitan yang dipenuhi dengan petuah ”bekerja secara profesional”, para pegawai bekerja keras siang malam untuk mendapatkan gaji. Celakanya semua gaji digunakan untuk pengeluaran yang konsumtif. Mereka bekerja keras untuk mendapatkan uang yang akan hilang dalam waktu sebulan. Dan, sebagaimana saya lihat, di masa pensiun mereka kelabakan.

Bagi anda yang masih berstatus karyawan atau profesional dan mau berbisnis sambilan, sebaiknya perhatikan hal-hal berikut ini:

Meskipun anda sekarang bergaji sepuluh juta sebulan, jangan sepelekan bisnis yang tampaknya sederhana. Jika bisnis sederhana itu bisa didelegasikan ke orang lain, itu pertanda bagus untuk anda masuki, karena meskipun pendapatannya sedikit, anda punya waktu untuk mengembangkannya dalam bentuk buka cabang baru atau skalanya diperbesar.

Kalau ada bisnis yang hasilnya sangat besar tapi harus menyita banyak waktu anda, sebaiknya anda hati-hati memasukinya. Misalkan, ada peluang menjadi supplier barang ke lembaga pemerintah. Untuk sukses melakukan transaksi dalam jumlah besar, anda harus menyediakan waktu untuk negosiasi dengan pihak pembeli melalui berbagai tahapan yang menyita waktu. Bisnis sambilan seperti ini akan menggangu kinerja anda sebagai karyawan.

Sebaiknya mulailah dari bisnis yang sederhana, yang dapat didelegasikan ke orang lain. Pada awalnya anda mungkin harus meluangkan waktu untuk mendidik karyawan anda, mengajari mereka membuat laporan, atau membuat sistem kerja . Tapi setelah bisnis berjalan, anda tinggal memantau dan mengarahkan bisnis yang anda bangun tersebut.

Bisnis seperti tambal ban, warteg, air minum isi ulang, warnet, meski sederhana kalau terus dilipatgandakan kira-kira dalam 5 tahun anda memperoleh hasil yang lumayan bagus. Dalam seminar Bisnis Sambilan yang diselenggarakan IES setiap bulan, saya sampaikan hitung-hitungannya, bagaimana seorang karyawan menyisihkan 20% gaji untuk menjadi bisnis, dan dalam 5 tahun hasil bisnis tersebut minimal sudah sama dengan gaji saat itu.

Selanjutnya, fokus pada satu bidang yang anda sudah tahu cara pengembangannya. Misalnya sudah berhasil buka warung bakso, sebaiknya tinggal diduplikasikan saja dengan membuka cabang baru. Ini lebih mudah dibandingkan mendirikan bisnis baru yang anda belum memahami polanya.

Mengembangkan bisnis adalah menyederhanakan hal-hal rumit. Jadi fokus pada cara-cara menyederhakan sistem kontrol karyawan, khususnya dalam hal pendapatan dan pengeluaran. Jangan lupa, buat sistem insentif yang menarik untuk karyawan, sehingga mereka termotivasi untuk mengembangkan bisnis anda. Ingat, anda tidak punya waktu banyak untuk karyawan anda, jadi perlu dibuat sistem insentif yang baik dalam arti dapat memotivasi karyawan, sekaligus meningkatkan menguntungkan bisnis anda.

Untuk dapat berkembang lebih cepat, anda perlu mengembangkan kerjasama bagi hasil, khususnya jika mau buka outlet baru. Anda cari lokasi yang bagus dan tawarkan kerjasama bagi hasil kepada orang lain yang punya uang yang siap diinvestasikan.

Yang tak kalah pentingnya, jika ada laba jangan digunakan untuk belanja konsumtif tapi untuk pengembangan bisnis. Saya sarankan anda bersabar, jangan buru-buru menikmati hasil bisnis sambilan, toh anda sudah punya penghasilan tetap. Setiap ada laba, putar lagi untuk membuka cabang baru atau memperbesar skala usaha. Jika laba sudah bisa membiayai hidup anda, anda boleh mulai menikmatinya.

Jangan lupa, jika anda sudah punya komitmen untuk berbisnis, berpikir dan bertindaklah anda sebagai orang yang hidup di dunia tanpa gaji yakni dunia entrepreneur. Untuk sukses hidup di dunia tanpa gaji, anda harus lebih banyak bergaul dengan orang-orang yang hidup di dunia tanpa gaji juga, yakni para entrepreneur.

2 thoughts on “Agar Bisnis Sambilan Tidak Merepotkan

Leave a comment