Berdamai dengan kekurangan


Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarrakatuh.

Pernahkah kita di jenguk ketika sakit oleh seseorang dan dia akan berkata ‘alhamdulillah kamu diberi sakit yang merupakan berkah agar bisa lebih bersyukur di kala sehat kelak, Insya Allah’.

Bukannya ‘semoga cepat sembuh ya’.

Atau memiliki pendapat bahwa ketika seseorang telah di vonis mati dalam hitungan waktu, itu adalah suatu keberkahan teramat luar biasa. Karena apa ?, karena artinya ia telah diberikan suatu rahasia besar yang hanya Allah SWT saja yang tahu, yaitu kematian. Dan saat itu ia telah diberi sedikit bocoran dari rahasia besar itu.

Kebangetan ya ?. Masa orang sakit diucapkan alhamdulillah dan orang tervonis mati dikatakan telah diberi keberkahan :).

Namun itulah sudut pandang seorang positiver. Yang memandang segala sesuatu dalam aura positif. Yang melihat apa yang telah, sedang dan terjadi pada diri kita bukanlah suatu kebetulan namun dalam kuasa Illahi karena jatuhnya daun dari pohon pun seijin dan sepengetahuan-Nya. Yang mengganggap semua kejadian mengandung hikmah.

Yang mampu berdamai dengan segala kekurangan, jika itu dianggap suatu kekurangan. Padahal sejatinya, dalam kacamatanya, tidak ada istilah kekurangan, kegagalan maupun kebangkrutan. Semua adalah dalam rangka pembelajaran dan ujian agar kita makin kuat serta naik kelas.

Dan saya sering sekali menemukan profil seperti ini diantara para teman dan sahabat.

Tapi jangan salah, bukan berarti mereka tidak bisa mengkritik. Mereka tetap akan berupaya memperbaiki sesuatu yang sekiranya kurang pas. Kritik mereka tetap dalam rangka perbaikan dan kemajuan yang masih bernuansa positif.

Mereka tidak segan2 memberikan masukan, walau kadang terkesan pedas. Justru seperti alinea diatas, mereke cenderung blak2-an, to the point dan kadang terkesan ‘tanpa perasaan’. Tapi masukan dan kritik mereka tetap memiliki tujuan membangun, bukan menjatuhkan.

Jadi jika disimpulkan, ciri2 mereka adalah :

– positiver, selalu berupaya berpikir positif dan mengambil hikmah dari setiap kejadian
– giver, selalu berbagi dan memberi tanpa pernah mengharap kembali apalagi mengharap mendapat tanpa mau berbagi dan memberi
– risk taker, pendiriannya yang kuat dan memiliki idealisme yang tinggi tidak menghalanginya untuk menghadapi segala resiko, berani tampil beda
– creativer, ide, pendapat, tindakan, tulisannya orisinil dan tidak pernah kehabisan sumbernya
– builder, sifat giver nya membuat ia selalu ingin membangun dan membuat orang lain lebih maju, walau kadang dengan kritik yang pedas sekalipun
– not over, tidak mau bersikap berlebihan atau ingin meraih sebanyak mungkin keuntungan, mensyukuri apa yang telah dimiliki

Sungguh sekali-kali saya belum sanggup mendekati sifat2 seperti itu. Kadangkala masih sering mengeluh dan berpikir negatif.

Ya, penyakit asma yang diderita lah, ya bengkel motor di samping toko yang ‘tertuduh’ sebagai biang penurunan omset toko lah, ya menganggap orang lain diskriminasi lah, ya merasa tersinggung lalu gantian menyinggung orang lain lah, ya tidak mau memahami dan menghargai orang lain, ya merasa belum berhasil dalam usaha lah. Macem2 deh pokoknya.

Betapa banyak pendapat dan pikiran yang justru mendapat pengingat dari mereka. Baik untuk selalu bersyukur atau mencari hikmah dari setiap peristiwa.

Semoga hati kita semua tetap dijaga oleh-Nya agar tetap bersyukur dan bersabar. Karena penjaga kesuksesan bagi orang beriman adalah syukur dan penyejuk dalam keadaan sempit adalah sabar.

Terima kasih para teman dan sahabat yang telah selalu mengingatkan. Semoga menjadi amal ibadah dan mendapat balasan kebaikan dari-Nya. Amin.

* kenapa judulnya Berdamai Dengan Kekurangan 2 ? karena ternyata dulu saya pernah menulis dengan judul yang sama : http://www.ekojune.com/2010/02/berdamai-dengan-kekurangan.html hehe.

Wassalam.

-Eko June-
sederhana hidupnya sesederhana wajahnya

Leave a comment